Loveliest letter to Rana

Matahari belum menampakkan diri, udara malam yang dingin menusuk tulang masih terasa, burung belum berkicauan, Rana hanya diam dan mengerjakan tugas Uli dan Farah, Uli dan Farah adalah anak juragan kain,namun ayah mereka berdua sangatlah ramah, dermawan dan pekerja keras, namun berbeda jauh dengan anaknya Uli dan Farah mereka adalah anak tersombong di kelas dan tak suka bekerja keras, semua tugas yang diberikan oleh guru selalu mereka serahkan pada Rana. Rana mengerjakan tugas Uli dan Farah yaitu mengerjakan tugas mereka yang 2 kali lipat karena terlambat berangkat sekolah kalau dia tidak mengerjakan tugas mereka, dia akan dikunci di dalam gudang tua dekat kantin sekolah Rana yang terkenal sangat angker dan menyeramkan. Adzan subuh terdengar nyaring dan pada saat itu juga Rana sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan oleh Uli dan Farah. Selesai memasukkan buku Uli dan Farah di dalam tasnya. Riny tak pernah lupa sekali pun berdo’a kepada Allah swt. Pertama dia berdo’a untuk orangtuanya dan kedua Riny berdo’a untuk Uli dan Farah agar mereka berubah menjadi pribadi yang cerdas, mandiri, seperti Ayah mereka, Riny juga berdo’a kepada Allah swt. Agar mereka dilindungi dari malapetaka yang sudah menunggu mereka. “Ran ayo cepat sarapan”, teriak Ibunya Rana. Bergegas Rana berjalan menuju meja makan lalu ia sarapan dengan keluarganya. “Kak, tangannya kenapa?”, tanya Diza, adik Rana. “Enggak apa-apa kok dik, kemari waktu isthirahat kakak jatuh dari tangga”, jawab Rana bohong. “Makannya hati-hati kak”, Diza menasehati. Riny hanya mengangguk pelan. Selesai sarapan Rana bersiap-siap berangkat sekolah, Rana berangkat sekolah mengendarai sepeda tua milik kakeknya yang telah wafat. Setelah berpamitan dengan orangtuanya, Riny segera berangkat sekolah.Terdengar dari belakang Riny terdengar suara kelakson yang sangat keras, mungkin yang mendengarnya seperti mau lepas. Rana menoleh ke belakang ternyata itu adalah mobil Uli dan Farah yang disopiri oleh pak Shidiq, mungkin pak Shidiq disuruh oleh Uli dan Farah untuk mengelaksonnya dengan keras, tapi itu tidak masalah bagi Rana, dia malahan merasa bersalah karena mungkin menghalangi jalannya mobil Uli dan Farah “Hei Ran, sudah datang dari tadi ya, maaf kamu pasti sudah menungguku lama. Ada apa Ran kok melamun?!”, ucap Indah sambil menepuk bahu kanan Rana dan merasa kebingungan. “Eh Indy, aku nggak lama kok nunggu kamu disini, aku hanya merasa bersalah menghalangi jalannya mobil Uli dan Farah”, ucap Rana merasa bersalah. “Kamu nggak bersalah kok, yang salah itu si Duo Sombong itu, tadi aku lihat kamu bersepeda di pinggir jalan bukan di tengah jalan kamu juga bersepedanya tidak ngebut, jadi jangan merendahkan dirimu sendiri”, ucap Indah menghibur Rana yang tampak sedih. “Terimakasih banyak ya, Indah” ucap Rana berterimakasih “Oiya Ran, kita kan harus berangkat sekolah sebelum bu bahriyah masuk ke dalam kelas”, ucap Indah yang terlihat khawatir dan cemas. Secepat kilat mereka mengendarai sepeda tapi mereka tetap berhati-hati. Di sekolah mereka bergegas memarkirkan sepeda lalu berlari menuju kelas. Di kelas Uli dan Farah tampak tertawa terbahak-bahak melihat Rana dan Indah yang tampak sangat lelah. “Hei Rana, mana buku tugas aku dan adikku yang kemarin aku kasihkan ke kamu, cepat!!!, sebentar lagi bu Bahriyah masuk”, ucap Uli kasar. “I…ni bu…ku…nya U..li”, ucap Rana terbata-bata sembari menyerahkan buku Uli dan Farah kepada Uli. Lalu mereka meninggalkan Rana dan Indah yang tengah kelelahan, baru saja mereka duduk di kursi dekat meja Fitri, teman sekelas Indah dan Rana, bel berbunyi keras tanda pelajaran pertama akan dimulai. Terlihat dari kejauhan bu Bahriyah sedang berjalan menuju ke kelas Rana. “Assalamualaikum wr.wb”, salam bu Bahriyah ramah kepada anak-anak. “Waalaikumsalam wr.wb”, ucap anak-anak kompak. Bu Bahriyah mengajar Matematika, pelajaran favorit Rana. “Anak-anak ibu akan beri kalian pr halaman 152-154, nanti bila ada pelajaran ibu lagi, bila ada yang tidak mengerjakan pr, ibu akan hukum maju di depan kelas berdiri di sebelah papan tulis sampai pelajaran ibu selesai. Paham!?!”, ucap bu Bahriyah panjang lebar. “Paham buuu”, jawab kami serempak. “Kriiiing”, bel berbunyi panjang, bunyi khas tanda isthirahat di sekolah Rana. Semua anak berhamburan keluar kelas, termasuk Rana dan Indah yang memilih beristirahat di taman sekolah, di bawah pohon rindang. “Kring”, bel berbunyi pendek, tanda waktu isthirahat telah selesai. Semua anak berebutan masuk ke dalam kelas, begitu juga Rana dan Indah. Bu Lilik masuk ke dalam kelas mengajar Bahasa Indonesia, pelajaran favorit Indah. Indah mendengarkan materi yang diterangkan bu Lilik dengan serius, gayanya itu membuat Rana tertawa, tapi Indah tak menghiraukan tertawaan Rana, dia terus saja mendengarkan dan menyimak materi yang diberikan oleh bu Lilik. “Kriiiiiing”, bel berbunyi panjang tanda semua pelajaran telah selesai dan semua anak dipulangkan. Selesai memasukkan buku ke dalam tas semua anak berdo’a dengan khusyuk. “Terima kasih anak-anak, Assalamualaikum wr.wb”, ucap bu Lilik ramah. “Waalaikumsalam wr.wb”, jawab kami kompak. Semua anak berhamburan keluar sekolah menemui penjemput masing-masing, tapi tidak dengan Rana dan Indah, mereka malah berbelok menuju masjid kecil dekat lapangan basket, mereka mau menunaikan sholat dhuhur. Selesai merapikan mukena dan berdo’a, Rana dan Indah menuju parkiran tempat sepeda mereka diparkirkan, tapi sungguh terkejutnya mereka karena ada sepucuk surat,entah dari mana asalnya“Ran lihat ada surat di keranjang sepeda mu ayo cepat buka, dari siapa ya?, tidak ada nama pengirimnya?”, ucap Indah antusias dan bingung. “Ini aku buka”, ucap Rana penasaran. Setelah Riny membuka amplop berwarna biru bergambarkan pelangi, ia membaca surat itu “Hei Rana dan Indah, Aku hanya mau minta maaf begitu juga dengan adikku kami sangat menyesal atas perbuatan kami. Sebenarnya kami ingin meminta maaf secara langsung tapi kami takut kamu marah, jadi kami membuat surat ini . “Rana siapa sih yang membuat surat ini”, ucap Indah mengagetkan Rana yang tengah membaca surat. “Iya ya ndah, siapa ya yang mengirim surat ini, coba kita baca dulu surat ini sampai selesai”, ucap Rana heran. “…Kami juga minta maaf melakukan hal-hal yang membuat mu sedih sebelumnya, sejak lama sekali..aku ingin bersahabat dengan mu tapi rasa takut kami kamu tidak menerima kami sebagai sahabat mu terus terbayang di benak kami. Rana mungkin nanti dan seterusnya kamu tidak akan bertemu kami lagi, karena kami telah pergi ke luar negeri mengikuti Ayah kami yang sekarang bekerja sebagai orang kantoran bidang teknologi di Jepang, tenang saja Ran, bapak kamu dan ayahnya Indah masih bisa bekerja. kami tak akan pernah melupakan mu, Rana dan Indah. Terima kasih atas perbuatan mu yang bisa merubah hidup kami menjadi lebih dari baik. Dari: Uli dan Farah”. Tiba-tiba tanpa Riny sadari air matanya telah berjatuhan di pipinya. “Sudahlah Ran jangan bersedih, pasti nanti kamu dengan Uli dan Farah akan bertemu lagi, percayalah”, ucap Indah sambil memeluk Rana. Bagi Rana ini adalah surat terindah yang pernah ia baca, selama ini.

0 comments:

Posting Komentar